This is my Culture...

Hai teman-teman hari ini saya akan memperkenalkan daerah saya yaitu Sampit. Teman-teman tahu Sampit itu dimana? Untuk yang belum tahu Sampit itu berada di pulau Kalimantan. Tepatnya di Kalimantan Tengah, Indonesia. Sampit sebagai ibu kota kabupaten Kotawaringin Timur merupakan salah satu kota yang memiliki posisi strategis. Sampit dapat ditempuh baik dengan jalur darat maupun laut. Jadi tidak mengherankan kalau Sampit termasuk kota yang relatif maju.
Budaya
Warga pribumi Sampit adalah Suku Dayak Sampit yaitu subetnis Dayak Ngaju yang mendiami sepanjang tepian daerah aliran sungai Mentaya di Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Kota Besi, Cempaga dan Cempaga Hulu Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Selama saya tinggal di Sampit bahasa yang paling banyak di pakai adalah campuran bahasa Banjar dan Indonesia, terkadang saya juga mendengar orang-orang saling berbicara dengan menggunakan bahasa Dayak.
Acara kebudayaan yang sering diadakan adalah simah laut dan mandi safar.
  1. Simah Laut
????????????????????????????????????
Upacara adat simah laut di Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, diyakini sebagai wujud kepercayaan masyarakat setempat. Kegiatan yang dilakukan warga yang umumnya berdomisili di tepian pantai Ujung Pandaran itu dilaksanakan setiap November dan Desember, saat memasuki memasuki musim angin barat.
Upacara adat simah laut merupakan wujud kepercayaan dan ketaatan yang diyakini memiliki kekuatan dan pengaruh langsung terhadap situasi dan kondisi sosial masyarakat setempat. Ritual adat tersebut, menurut dia, bersifat positif jika dilaksanakan dengan hati yang ikhlas dan lapang.
“Masyarakat Ujung Pandaran yakin, apabila melaksanakan ritual simah laut, mereka akan mendapat imbalan. Seperti, hasil kekayaan ikan akan melimpah dan sawah ladang petani mendapat hasil yang cukup.”
Sebagaimana diketahui, simah laut merupakan salah satu tradisi masyarakat Kotim yang menetap di tepi laut, terutama yang berdomisili di Desa Ujung Pandaran, Teluk Sampit. Seiring dengan berjalannya waktu, prosesi simah laut menjadi objek wisata tahunan. Selain sebagai wujud kepercayaan serta wahana hiburan, prosesi tersebut bertujuan mempromosikan budaya Kotim ke luar daerah.
Upacara adat simah laut merupakan upaya pendekatan terhadap laut gaib. Dengan begitu, segenap unsur yang menghuni laut diharapkan dapat diajak berkompromi dan bersikap ramah kepada mereka. Harapannya, musibah tidak akan datang serta tangkapan ikan dan hasil tani masyarakat sekitar melimpah ruah.
Selepas doa bersama, pawang berserta rombongan mengangkat perahu yang berisi sajen mendekati pantai. Dari arah laut, perahu-perahu nelayan merapat menjemput sajen tersebut.
Dikawal perahu-perahu nelayan, perahu berisi sajen itu diangkat ke sebuah kapal kayu. Kemudian, kapal tersebut dilayarkan menjauhi pantai, sekitar satu kilometer dari bibir pantai.
  1. Mandi Safar
safar-11
Selain upacara Simah Laut di Ujung Pandaran, tradisi yang masih dijadikan agenda tahunan di Kabupaten Kotim adalah Mandi Safar dengan cara menceburkan diri ke Sungai Mentaya. Ini dilakukan agar adanya saling menghargai antarmasyarakat dan pejabat pemerintahan, serta mengakrabkan dan menguatkan rasa persatuan pimpinan dan masyarakatnya. Dengan demikian kelestarian Sungai Mentaya yang menjadi kebanggaan masyarakat sampit akan terjaga kebersihannya.
Kegiatan Mandi Safar ini bertujuan mengangkat budaya lokal. Dengan begitu, seluruh masyarakat Indonesia lebih mengetahui budaya yang ada di Kotim. Kegiatan budaya Mandi Safar merupakan tradisi masyarakat yang mendiami tepian Sungai Mentaya, dipromosikan sebagai atraksi wisata Provinsi Kalteng. Mandi Safar dilaksanakan pada hari Arba Musta’mir atau Hari Rabu terakhir dalam Bulan Safar (bulan kedua dalam kalender Hijriah). Berdasarkan keterangan, upacara Mandi Safar dilakukan untuk mengenang dan memperingati peristiwa mati syahidnya Husin bin Ali bin Abi Tholib yang memimpin tentaranya berangkat dari Mekkah ke Kota Kuffah.
Masyarakat yang akan mengikuti prosesi Mandi Safar, sebelum menceburkan diri ke dalam sungai Mentaya, telah membekali diri dengan daun Sawang yang diikat di kepala atau di pinggang. Daun Sawang tersebut sebelumnya dirajah oleh sesepuh atau alim ulama setempat. Menurut kepercayaan, pemakaian Daun Sawang itu agar orang yang mandi terjaga keselamatannya dari segala gangguan baik dari gangguan binatang maupun makhluk halus.
Setelah selesai mandi, masyarakat berkumpul di tempat acara yaitu di Pelabuhan Sampit untuk bersama-sama membaca doa mohon keselamatan yang dipimpin oleh kiai setempat.
Selanjutnya masyarakat beramai-ramai memperebutkan aneka makanan yang dibentuk seperti gunungan terdiri dari 41 jenis kue tradisional seperti kue cucur, apem putih, apem merah, wajik, ketupat burung, dan lain-lain.
Kegiatan Mandi Safar merupakan satu di antara atraksi budaya bernuansa agama yang akan terus dipromosikan guna menambah perbendaharaan objek wisata Kalteng.
Dengan lebih banyaknya atraksi budaya menjadi objek wisata, diharapkan Kalteng lebih dikenal luas sehingga kian banyak wisatawan mengunjungi wilayah itu.
#Makanan
  1. Kelakai
11138030_890979080969714_1331312312_n
Kelakai adalah sayuran yang terdiri dari daun pakis muda. Rasanya tak kalah enak dari sayuran lainnya hanya saja menurut daya sayuran ini agak pedas. Sayuran ini sangat enak apabila dimakan dengan nasi yang masih panas.
  1. Umbut Rotan
IMG_1793
Umbut rotan adalah sayuran yang terdiri dari rotan yang benar-benar masih muda. Menurut masyarakan umbut rotan ini akan lebih nikmat jika dihidangkan dengan ikan bakar.
  1. Mata Gajah
joko0039
Mata gajah adalah makanan yang terdiri dari telur burung puyuh dicampur dengan bermacam-macam sayuran seperti wortel, sledri, kubis yang di potong kecil-kecil lalu dimasukan ke dalam adonan. Yang satu ini adalah favorit saya. Rasanya enak banget loh. Wajib dicoba kalau teman-teman berkunjung ke sampit.
#Ciri Khas Sampit
11095628_1589166588028815_603041075_n
Sampit sekarang sudah mempunyai maskot tersendiri yaitu ikan jelawat dan anggrek tebu. Monument ikan jelawat sendiri berada di dekat sungai mentaya. Monument ini dapat diakatakan baru karena umurnya belum setahun.

0 komentar:

Posting Komentar